MAKASSAR- Aksi mahasiswa Universitas Negeri Makassar di
Jalan Andi Pangerang Pettarani, Makassar, hari ini diwarnai dengan aksi
saling lempar antara mahasiswa dengan warga. Koordinator
lapangan mahasiswa UNM, Rieski, menceritakan awalnya mahasiswa melakukan
aksi unjuk rasa damai. Massa melakukan aksi untuk menentang kenaikan
harga BBM pada 1 April mendatang. “Namun tiba-tiba ada lemparan
batu ke arah kita dan mahasiswa membalas lemparan yang berasal dari
belakang polisi,” kata Rieski saat ditemui okezone, Selasa (27/3/2012).
Aksi saling lempar batu pun tudak terhindarkan. Untuk melerai massa, polisi menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air dari mobil watercanon ke arah mahasiswa. Massa kemudian mundur hingga berada di depan kampus. Rieski menyesalkan sikap polisi yang melepaskan gas air mata ke mahasiswa dan sudah melayangkan protes tersebut ke Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Erwin Triwanto. Pantauan okezone di lapangan, batu masih berserakan di Jalan AP Pettarani, Makassar. Kondisi saat ini masih tegang. Mahasiswa masih terkonsentrasi di depan kampus dan sesekali mengamati orang yang melintas di depan kampus mereka. Sementara itu, polisi masih melakukan penutupan sebagian Jalan AP Patterani. Alhasil, hanya satu lajur saja yang dibuka sehingga mengakibatkan kemacetan di jalan tersebut.
Aksi saling lempar batu pun tudak terhindarkan. Untuk melerai massa, polisi menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air dari mobil watercanon ke arah mahasiswa. Massa kemudian mundur hingga berada di depan kampus. Rieski menyesalkan sikap polisi yang melepaskan gas air mata ke mahasiswa dan sudah melayangkan protes tersebut ke Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Erwin Triwanto. Pantauan okezone di lapangan, batu masih berserakan di Jalan AP Pettarani, Makassar. Kondisi saat ini masih tegang. Mahasiswa masih terkonsentrasi di depan kampus dan sesekali mengamati orang yang melintas di depan kampus mereka. Sementara itu, polisi masih melakukan penutupan sebagian Jalan AP Patterani. Alhasil, hanya satu lajur saja yang dibuka sehingga mengakibatkan kemacetan di jalan tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Sejumlah mahasiswa beberapa kampus dan
elemen pergerakan eksternal kampus secara serentak melakukan unjukrasa
terkait rencana kenaikan BBM April 2012 di beberapa titik ruas jalan
Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (26/3). Berdasarkan
pantauan, mahasiswa 45 melakukan aksinya menutup sebagian jalan Urip
Sumoharjo depan kampus mereka dan berorasi di atas truk yang sebelumnya
disandera mahasiswa. Tidak hanya itu ban bekas menjadi sasaran
pembakaran. Aksi tersebut mereka lakukan sebagai bentuk penolakan
atas rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Hal sama
dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Makassar dengan menutup sebagian
jalan di depan Kampus mereka jalan Andi Pangeran Pettarani dan membakar
ban bekas sambil berorasi.
Di Kampus Universitas Indonesia Timur jalan Rappocini Raya mahasiswa kembali memblokir jalan hingga lebih dari satu jam dan membakar ban bekas di depan SPBU Rappocini sambil berorasi. Mahasiswa lain dari Kampus Universitas Hasanuddin dan Universitas Muslim Indonesia melakukan aksi di depan kampusnya sebagai bentuk solidaritas. Sementara di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin jalan Sultan Alauddin mahasiswa hanya berorasi dan menggunakan bahu jalan. Begitupun di Kampus Universitas Muhammadiyah yang berdekatan dengan kampus UIN Alaudin terjadi hal yang sama. "Aksi ini sebagai pra kondisi jelang aksi besar-besaran 27 Maret besok, kami menolak kebijakan pemerintah menaikkan BBM sehingga berpengaruh pada masyarakat dan ekonomi kerakyatan," tutur Syamsul salah satu mahasiswa di UIN Alauddin. Unjukrasa serupa juga terjadi di bawah Jembatan Layang Makassar dan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Massa mengatasnamakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) serta sebelumnya beberapa Mahasiswa Pergerakan Islam Indonesia (PMII) meminta DPRD sebagai perwakilan rakyat sebagai fasilitator segera mengirimkan pernyataan sikap menolak kenaikan BBM bersubsidi. Masyarakat sebelumnya mengetahui akan ada unjukrasa besar-besaran di Makassar yang beredar melalui pesan pendek atau SMS serta pesan dari ponsel pintar. Jalan Andi Pangeran Pettarani, Urip Sumoharjo, dan Sultan Alauddin yang sebelumnya sangat padat kendaraan di hari kerja, kini lebih lengang. Hal itu karena kebanyakan masyarakat memilih transportasi umum ketimbang mengunakan kendaraan pribadi dengan alasan keamanan.
Di Kampus Universitas Indonesia Timur jalan Rappocini Raya mahasiswa kembali memblokir jalan hingga lebih dari satu jam dan membakar ban bekas di depan SPBU Rappocini sambil berorasi. Mahasiswa lain dari Kampus Universitas Hasanuddin dan Universitas Muslim Indonesia melakukan aksi di depan kampusnya sebagai bentuk solidaritas. Sementara di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin jalan Sultan Alauddin mahasiswa hanya berorasi dan menggunakan bahu jalan. Begitupun di Kampus Universitas Muhammadiyah yang berdekatan dengan kampus UIN Alaudin terjadi hal yang sama. "Aksi ini sebagai pra kondisi jelang aksi besar-besaran 27 Maret besok, kami menolak kebijakan pemerintah menaikkan BBM sehingga berpengaruh pada masyarakat dan ekonomi kerakyatan," tutur Syamsul salah satu mahasiswa di UIN Alauddin. Unjukrasa serupa juga terjadi di bawah Jembatan Layang Makassar dan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Massa mengatasnamakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) serta sebelumnya beberapa Mahasiswa Pergerakan Islam Indonesia (PMII) meminta DPRD sebagai perwakilan rakyat sebagai fasilitator segera mengirimkan pernyataan sikap menolak kenaikan BBM bersubsidi. Masyarakat sebelumnya mengetahui akan ada unjukrasa besar-besaran di Makassar yang beredar melalui pesan pendek atau SMS serta pesan dari ponsel pintar. Jalan Andi Pangeran Pettarani, Urip Sumoharjo, dan Sultan Alauddin yang sebelumnya sangat padat kendaraan di hari kerja, kini lebih lengang. Hal itu karena kebanyakan masyarakat memilih transportasi umum ketimbang mengunakan kendaraan pribadi dengan alasan keamanan.
MAKASSAR - Pengurus Dewan Perwakilan Cabang (DPC) PDI Perjuangan turun
ke jalan bergabung dengan kelompok elemen masyarakat melakukan aksi
penolakan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) , hari ini. Ketua DPC PDI Perjuangan Makassar Bahar Machmud bersama pengurus,
kader dan simpatisan di Kantor PDI Perjuangan, Jalan Maccini Raya 138 C
Makassar mengatakan demo PDIP tidak menutup jalan. “PDIP Makassar bergabung dengan kelompok mahasiswa dan elemen
masyarakat lainnya. Tetapi kami tidak akan melakukan pemblokiran jalan,”
kata dia. Dia menjelaskan, aksi yang dilakukan kader dan simpatisan PDIP hanya
membagi-bagikan selebaran yang berisi hitung-hitungan dampak kenaikan
bahan bakar minyak yang telah dikaji pakar ekonomi dari PDIP. Pakar ekonomi PDIP seperti Kwik Kian Gie dan tokoh-tokoh lainnya
telah melakukan kajian dan menawarkan opsi ke pemerintah untuk
mempertimbangkan kenaikan BBM hingga 30%.
“Kita bisa bayangkan bagaimana penderitaan masyarakat jika kenaikan
itu sampai 30%. Hasil kajian ini yang kami coba sampaikan ke masyarakat
Makassar dalam aksi kami,” ujarnya.
Dia menyampaikan, kader dan simpatisan PDIP akan berada di beberapa
titik strategis di Makassar membagikan selebaran yang berisi tentang
kajian pakar ekonomi PDIP dalam bentuk brosur yang dicetak khusus. Aksi kader dan simpatisan ini, kata dia sekaligus memberikan
klarifikasi ke masyarakat terkait rumor yang menyebutkan partai
berlambang banteng gemuk itu menunggangi aksi unjukrasa penolakan bahan
bakar minyak. Beberapa ruas jalan di Makassar a.l. jembatan flyover, Jalan Urip
Sumoharjo, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Sultan Alauddin, Jalan
Pettarani, Rappocini hingga Jalan Racing Centre mengalami kemacetan. Beberapa kampus yang terletak di jalan utama di Makassar melakukan
aksi unjuk rasa menolak rencana penetapan kenaikan bahan bakar minyak
pada awal April nanti.
SPBU dijaga TNI.
Sementara Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan alat-alat vital
lainnya di Kota Makassar dijaga ketat aparat TNI untuk mengantisipasi
aksi demo. “Kalau biasanya SPBU dijaga aparat kepolisian, kini yang menjaga dari
TNI,” kata staf penjualan SPBU Kamaruddin di Jalan AP Pettarani,
Makassar, hari ini. Menurut dia, ketatnya penjagaan tersebut menyusul informasi bahwa
pada Selasa (27/3) akan terjadi aksi demo besar-besaran.Berhubungan dengan hal tersebut, lanjut dia, meskipun tetap melayani
pembeli BBM secara normal, namun juga merasa was-was apabila terjadi
aksi demo yang anarkis.Selain SPBU yang mendapat pengamanan yang ketat dari aparat TNI,
sejumlah alat vital di Makassar juga diamankan personil TNI di antaranya
Kantor Kejaksaan Tinggi Sulsel, DPRD Sulsel, RS Awal Bros dan lainnya. Bahkan perusahaan waralaba yakni McDonald di Makassar, juga mendapat
pengamanan ketat dari aparat TNI.
VIVAnews - Demonstrasi menolak kenaikan BBM di
Makassar, pada Selasa siang 27 Maret 2012 berakhir bentrok. Bentrok
pecah di depan kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), Jalan AP
Pettarani, Makassar. Bentrok terjadi saat ratusan mahasiswa
berunjuk rasa dengan memblokir penuh jalan itu. Aksi massa yang
berjumlah sekitar 500 orang ini dianggap telah meresahkan masyarakat
pengguna jalan kemudian berusaha dibubarkan paksa. Polisi
menggunakan gas air mata untuk menghalau mahasiswa. Tidak mau kalah,
mahasiswa menggunakan batu untuk melawan polisi. Petugas akhirnya
menurunkan mobil water cannon atau meriam air untuk memecah konsentrasi
massa. Semprotan air juga untuk memaksa mahasiswa agar masuk ke
dalam kampus. Lemparan batu, gas air mata, dan semprotan meriam air
mewarnai demonstrasi di Makassar. Meski bentrok terjadi, belum
ada laporan korban luka-luka serius akibat lemparan-lemparan batu itu.
Satu orang wartawan sempat terkena lemparan batu. Belum ada informasi
soal kerusakan parah yang diakibatkan bentrokan ini. Hingga saat
ini, negosiasi yang dilakukan sejumlah petinggi kampus masih
berlangsung. Negosiasi ini diharapkan dapat meredam bentrok. Namun
demikian, tidak sepenuhnya berhasil sehingga kembali terjadi bentrokan. Akhirnya
massa berhasil ditenangkan. Tetapi, konsentrasi massa masih terjadi.
Kerumunan demonstran belum dibubarkan. Bahkan mahasiswa masih terlihat
memblokir jalan di sekitar lokasi demo.
TEMPO.CO,
Makassar
-- Di saat rekannya tengah menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran
menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dua mahasiswa ini malah
asyik menikmati linting ganja di tempat umum. Kepala Satuan Reserse
Narkoba Polrestabes Makassar, Ajun Komisaris Besar Polisi Masrur,
mengatakan dua mahasiswa itu dibekuknya tak jauh dari lokasi aksi unjuk
rasa mahasiswa yang berpusat di depan Kampus Unismuh Makassar di Jalan
Sultan Alauddin. "Inisialnya AN dan J. Keduanya mahasiswa.
Mereka asyik mengisap dua linting ganja di tepi jalan," kata Masrur,
Selasa 27 Maret, di ruang kerjanya. AN merupakan mahasiswa Fakultas
Pertanian semester VI di salah satu perguruan tinggi swasta Kota
Makassar. Sedang rekannya, J, berstatus mahasiswa sekolah tinggi
keperawatan.
Masrur memerinci keduanya ditangkap di tepi Jalan Malengkeri, Senin 26 Maret, sekitar pukul 17.00 Wita. "Saat itu, mahasiswa yang tak jauh dari lokasi juga masih berorasi," ucapnya. Penyidik, menurut dia, belum melakukan pemeriksaan lebih jauh, apakah keduanya sebelumnya ikut berunjuk rasa atau tidak. "Akan kami periksa itu," kata Masrur. Kedua mahasiswa tersebut tak sengaja diciduk anggota kepolisian yang tengah berpatroli sekaligus melakukan pemantauan aksi unjuk rasa penolakan kenaikan tarif BBM. Saa polisi melintas, polisi curiga dengan gelagat keduanya yang setengah teler. "Petugas tentu tahu betul beda baunya rokok biasa dengan ganja," ujarnya. Kedua mahasiswa tersebut akan menjalani pemeriksaan di Markas Polrestabes Makassar terkait dengan ulahnya itu. Diakuinya, kedua pelaku tergolong nekat mengkonsumsi barang haram itu di muka umum. Kecenderungannya, pengguna narkoba selalu mengkonsumsi barang haram itu ditempat tertutup agar tak ketahuan. "Ini malah terang-terangan," katanya. Atas perbuatannya, AN dan J akan dijerat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Diakui Masrur, peredaran narkoba di Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar, perlu diwaspadai. Narkoba lanjutnya kini tak hanya menjadi konsumsi orang tertentu saja. "Perlu niat dan usaha keras secara bersama-sama untuk memberantasnya," katanya.
Masrur memerinci keduanya ditangkap di tepi Jalan Malengkeri, Senin 26 Maret, sekitar pukul 17.00 Wita. "Saat itu, mahasiswa yang tak jauh dari lokasi juga masih berorasi," ucapnya. Penyidik, menurut dia, belum melakukan pemeriksaan lebih jauh, apakah keduanya sebelumnya ikut berunjuk rasa atau tidak. "Akan kami periksa itu," kata Masrur. Kedua mahasiswa tersebut tak sengaja diciduk anggota kepolisian yang tengah berpatroli sekaligus melakukan pemantauan aksi unjuk rasa penolakan kenaikan tarif BBM. Saa polisi melintas, polisi curiga dengan gelagat keduanya yang setengah teler. "Petugas tentu tahu betul beda baunya rokok biasa dengan ganja," ujarnya. Kedua mahasiswa tersebut akan menjalani pemeriksaan di Markas Polrestabes Makassar terkait dengan ulahnya itu. Diakuinya, kedua pelaku tergolong nekat mengkonsumsi barang haram itu di muka umum. Kecenderungannya, pengguna narkoba selalu mengkonsumsi barang haram itu ditempat tertutup agar tak ketahuan. "Ini malah terang-terangan," katanya. Atas perbuatannya, AN dan J akan dijerat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Diakui Masrur, peredaran narkoba di Sulawesi Selatan, khususnya di Makassar, perlu diwaspadai. Narkoba lanjutnya kini tak hanya menjadi konsumsi orang tertentu saja. "Perlu niat dan usaha keras secara bersama-sama untuk memberantasnya," katanya.
Medan (ANTARA News)
- Ratusan pertokoan di Kota Medan tutup, saat berlangsungnya aksi
unjuk rasa mahasiswa yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) di daerah itu, Senin. Pemilik pertokoan yang tidak mau membuka usahanya itu,
kemungkinan merasa takut terjadi hal-hal yang tidak diingini dilakukan
para pengunjukrasa yang dalam keadaan marah dan "emosi". Lokasi pertokoan yang kelihatan tertutup itu, yakni di Jalan
Gatot Subroto, Jalan Ahmmad Yani Medan dan beberapa lokasi lainnya.
Pertokoan di Jalan Gatot Subroto Medan banyak yang tutup, karena
lokasi Bundaran Majestik di daerah itu dijadikan tempat pengunjukrasa
menyampaikan aspirasi dan orasi mereka.
Tempat itu (Bundaran Majestik) dijadikan para pendemo, baik
mahasiswa, buruh dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam menyampaikan
aspirasi mereka.
Jadi, wajar pertokoan yang hanya berjarak 40 meter hingga 200
meter dari Bundaaran Majestik Medan tutup dan tidak melaksanakan
aktivitas.
Kebijakan ini mereka lakukan untuk mengantisipasi dan menjaga hal-hal yang tidak diingini terjadi, saat berlangsungnya aksi demo penolakan kenaikan harga BBM tersebut. Para pengusaha berupa toko elektronik, keramik, toko pakaian dan toko sembako, jelas tidak ingin menanggung risiko kalau terjadi keributan dan kerusuhan dilakukan pengunjukrasa. Para pendemo yang menyampaikan orasinya di Bundaran Majestik itu, yakni mahasiswa Dharma Agung (UDA), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan kelompok mahasiswa lainnya. Salah seorang pengusaha kedai minuman di Jalan Ahmad Yani, Menwa (47) mengatakan, dirinya terpaksa menutup usahanya sementara waktu, karena takut menjadi korban para pengunjukrasa tersebut.Sebenarnya, kata dia, usaha minumannya itu sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 09.30 WIB buka seperti biasanya.Namun pada pukul 11.00 WIB, terpaksa ditutup, karena ratusan pengunjukrasa yang titik kumpul berada di Lapangan Merdeka Medan melewati Jalan Ahmad Yani menuju ke kantor DPRD Sumut dan bundaran Majestik Jalan Gatot Subroto Medan sebagai tempat mahasiswa menyampaikan aspirasi mereka. "Dalam aksi unjuk rasa yang sedang marak di Kota Medan, dia lebih baik memilih yang aman dan tidak mau terjadi masalah," kata Menwa. Sementara itu, saat berlangsungnya aksi unjuk rasa di Medan, Senin (26/3) para mahasiswa, buruh, petani dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menyampaikan aspirasi ke kantor DPRD Sumut, kantor Gubernur Sumut, Bandara Polonia Medan, Lapangan Merdeka dan Bundaran Majestik Jalan Gatot Subroto Medan.
Kebijakan ini mereka lakukan untuk mengantisipasi dan menjaga hal-hal yang tidak diingini terjadi, saat berlangsungnya aksi demo penolakan kenaikan harga BBM tersebut. Para pengusaha berupa toko elektronik, keramik, toko pakaian dan toko sembako, jelas tidak ingin menanggung risiko kalau terjadi keributan dan kerusuhan dilakukan pengunjukrasa. Para pendemo yang menyampaikan orasinya di Bundaran Majestik itu, yakni mahasiswa Dharma Agung (UDA), Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan kelompok mahasiswa lainnya. Salah seorang pengusaha kedai minuman di Jalan Ahmad Yani, Menwa (47) mengatakan, dirinya terpaksa menutup usahanya sementara waktu, karena takut menjadi korban para pengunjukrasa tersebut.Sebenarnya, kata dia, usaha minumannya itu sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 09.30 WIB buka seperti biasanya.Namun pada pukul 11.00 WIB, terpaksa ditutup, karena ratusan pengunjukrasa yang titik kumpul berada di Lapangan Merdeka Medan melewati Jalan Ahmad Yani menuju ke kantor DPRD Sumut dan bundaran Majestik Jalan Gatot Subroto Medan sebagai tempat mahasiswa menyampaikan aspirasi mereka. "Dalam aksi unjuk rasa yang sedang marak di Kota Medan, dia lebih baik memilih yang aman dan tidak mau terjadi masalah," kata Menwa. Sementara itu, saat berlangsungnya aksi unjuk rasa di Medan, Senin (26/3) para mahasiswa, buruh, petani dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menyampaikan aspirasi ke kantor DPRD Sumut, kantor Gubernur Sumut, Bandara Polonia Medan, Lapangan Merdeka dan Bundaran Majestik Jalan Gatot Subroto Medan.
Liputan6.com, Bandung: Bentrokan antara mahasiswa
dengan aparat terjadi saat berlangsung unjuk rasa menolak kenaikan harga
BBM di Bandung, Jawa Barat, Senin (26/3). Kericuhan terjadi saat
mahasiswa memaksa masuk ke dalam kompleks Gedung Sate yang dijaga ketat
ratusan anggota kepolisian dari Polrestabes Bandung. Untuk meredam emosi
mahasiswa, petugas terus menambah kekuatan. Akhirnya para mahasiswa
berhasil dipukul mundur.
Aksi menolak kenaikan harga BBM juga digelar di depan Gedung DPRD
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Demo digelar ratusan warga dari
berbagai kalangan, seperti brigade prajurit tradisional, petani,
pemulung, tukang parkir, seniman, dan anggota salah satu partai
politik.
Selain menolak kenaikan harga BBM, mereka juga menolak pemberian
bantuan langsung sementara masyarakat atau BLSM karena dianggap tidak
akan mampu mengurangi beban akibat kenaikan harga BBM. Selain berorasi
mereka juga memaksa pimpinan dan ketua fraksi DPRD Sleman untuk
menandatangani pernyataan sikap menolak kenaikan harga BBM.
Di Bandara Internasional Polonia Medan, Sumatra Utara, ratusan buruh dan mahasiswa bentrok dengan polisi. Akibatnya, sejumlah orang terluka. Aksi saling lempar antara massa dan petugas kepolisian berlangsung selama setengah jam. Ratusan penumpang yang akan berangkat melalui Bandara Polonia terpaksa dibatalkan. Pagar bandara sepanjang seratus meter pun roboh dirusak massa. Aksi mereda setelah Kapolda Sumut dan Plt Gubernur Sumut datang ke lokasi bentrok di depan pintu masuk bandara. Mereka menenangkan para mahasiswa dan buruh yang melakukan aksi anarkis
Di Bandara Internasional Polonia Medan, Sumatra Utara, ratusan buruh dan mahasiswa bentrok dengan polisi. Akibatnya, sejumlah orang terluka. Aksi saling lempar antara massa dan petugas kepolisian berlangsung selama setengah jam. Ratusan penumpang yang akan berangkat melalui Bandara Polonia terpaksa dibatalkan. Pagar bandara sepanjang seratus meter pun roboh dirusak massa. Aksi mereda setelah Kapolda Sumut dan Plt Gubernur Sumut datang ke lokasi bentrok di depan pintu masuk bandara. Mereka menenangkan para mahasiswa dan buruh yang melakukan aksi anarkis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar